And The Story Begin..
Ya bekasi, kota yang menyimpan segudang permasalahan, mulai dari jalan rusak, angkot ngetem sembarangan, polusi yang enggak terkontrol, dan masih banyak keluhan yang rasanya udah jadi rahasia umum se alam sememsta.
Kebetulan saya adalah mahasiswa teknik industri kelas malam di Universitas Gunadarma Kalimalang, Malam itu selesai UAS, pasukan kelas meluncur ke Bebek Keleyo Kalimalang untuk makan malam, sekaligus membicarakan rencana liburan ke Dieng sebagai media refreshing sebelum menghadapi perkuliahan tingkat akhir pada tanggal 29 sampai 31 Agustus 2014.
Suasana Makan Malam Di Kaleo |
The Pack |
Hampir semua dari kami adalah mahasiswa merangkap karyawan, enggak perlu dijelasin alasan kita untuk ngambil liburan ke dieng, selama bertahun-tahun kuliah kelas ini belum pernah liburan bareng-bareng dan cuma ketemu pas kegiatan belajar di kampus aja, dan lengkap pas ada praktikum selebihnya cuma 50% mahasiswa yang hadir kalau perkuliahanan reguler, Fyi, praktikum di universitas tempat kita mencari ilmu itu bener-bener susah dan kadang bikin sebel karena peraturannya yang sangat kaku.
Kami, peserta trip dieng ini ada 14 orang, coba dikenalin satu-satu, liat foto diatas ya, dari kiri ke kanan, dan atas kebawah, Anggota pertama itu Fina, junior di kampus, 1 angkatan dibawah berhasil diracun sampai ikut, ada kholid, temen sekelas yang pake jaket motor pas naek gunung, lanjut ada Adi, yang ngakunya pake kaos empat rangkap plus jaket buat ngusir dinginnya gunung prau di pagi hari, terus ada Ayu yang pada kegiatan kuliah dia adalah ketua kelas, Ayu total banget prepare trip dieng ini, terutama peralatan lenong naik gunungnya. Selanjutnya ada Taja, dia yang paling senior masalah gunung, diantara 14 orang ini, dan jadi teman "nyewiper" yang baik dan tangkas. Selanjtunya saya sendiri, seorang newbie hina mencoba jadi manusia yang berguna selama trip ini. Berikutnya Arif, Arif adalah seorang enterpreneur lucu yang usahanya sedang berkembang, jujur saya baru kali ini liat pendaki yang pake dasi pramuka, itulah Arif.
Di foto barisan bawah mulai dari kiri ada Alel yang mengaku jarang banget pergi jauh, kelakuan dia selama trip ini kalau di analogikan seperti singa betina yang keluar dari kandang dan enggak bisa diam barang sedikit. Selanjutnya ada salman, Senior 2 angkatan diatas kelas kita yang pernah jadi asisten praktikum, salman bawa keril ajaib, besar, terlihat penuh tapi bisa diangkat menggunakan ujung jari kelingking. Pria selanjutnya adalah febri, selain teman sekampus selain fina, dan iman, ferbri ini sama-sama satu alumni teknik mesin pembangunan yang nafsu makannya sangat besar. Selanjtunya ada Suci, diantara para wanita yang lain, suci punya jam terbang naik gunung paling tinggi dan berpengalaman dengan segala medan. Selanjtunya ada Rudi, putra jawa yang kesehariannya sopan sekali baik tingkah laku dan tutur bicarannya. Selanjutnya adalah Iman, yang sudah pindah kampus, dia adalah sumber dari segala foto terbaik dari trip ini, "Fotografer Handal". Selanjutnya ada seorang Baja, sama seperti iman baja juga sudah pindah kampus, tapi tetep mereka sudah jadi bagian keluarga kelas ID, dia jadi leader selama pendakian di gunung Prau.
Itu sudah para pria tampan rupawan, dan para wanita cantik jelita yang jadi peserta trip ini.
Kami, peserta trip dieng ini ada 14 orang, coba dikenalin satu-satu, liat foto diatas ya, dari kiri ke kanan, dan atas kebawah, Anggota pertama itu Fina, junior di kampus, 1 angkatan dibawah berhasil diracun sampai ikut, ada kholid, temen sekelas yang pake jaket motor pas naek gunung, lanjut ada Adi, yang ngakunya pake kaos empat rangkap plus jaket buat ngusir dinginnya gunung prau di pagi hari, terus ada Ayu yang pada kegiatan kuliah dia adalah ketua kelas, Ayu total banget prepare trip dieng ini, terutama peralatan lenong naik gunungnya. Selanjutnya ada Taja, dia yang paling senior masalah gunung, diantara 14 orang ini, dan jadi teman "nyewiper" yang baik dan tangkas. Selanjtunya saya sendiri, seorang newbie hina mencoba jadi manusia yang berguna selama trip ini. Berikutnya Arif, Arif adalah seorang enterpreneur lucu yang usahanya sedang berkembang, jujur saya baru kali ini liat pendaki yang pake dasi pramuka, itulah Arif.
Di foto barisan bawah mulai dari kiri ada Alel yang mengaku jarang banget pergi jauh, kelakuan dia selama trip ini kalau di analogikan seperti singa betina yang keluar dari kandang dan enggak bisa diam barang sedikit. Selanjutnya ada salman, Senior 2 angkatan diatas kelas kita yang pernah jadi asisten praktikum, salman bawa keril ajaib, besar, terlihat penuh tapi bisa diangkat menggunakan ujung jari kelingking. Pria selanjutnya adalah febri, selain teman sekampus selain fina, dan iman, ferbri ini sama-sama satu alumni teknik mesin pembangunan yang nafsu makannya sangat besar. Selanjtunya ada Suci, diantara para wanita yang lain, suci punya jam terbang naik gunung paling tinggi dan berpengalaman dengan segala medan. Selanjtunya ada Rudi, putra jawa yang kesehariannya sopan sekali baik tingkah laku dan tutur bicarannya. Selanjutnya adalah Iman, yang sudah pindah kampus, dia adalah sumber dari segala foto terbaik dari trip ini, "Fotografer Handal". Selanjutnya ada seorang Baja, sama seperti iman baja juga sudah pindah kampus, tapi tetep mereka sudah jadi bagian keluarga kelas ID, dia jadi leader selama pendakian di gunung Prau.
Itu sudah para pria tampan rupawan, dan para wanita cantik jelita yang jadi peserta trip ini.
On The Way..
29 Agustus, suatu malam biasa, Janji manis kumpul jam 7 malam, satu persatu semua pasukan datang, yang pertama itu Taja yang udah terkenal sebagai Mr. On Time, kemudian kholid yang berangkat sejak hari kamis karena jauhnya rumah kholid di Cikarang (Joke) dan yang paling terakhir datang Fina. Lega semua logistik bisa dibilang kumplit, pasukan terbagi dua karena kesalahan dalam booking tiket kereta, sembilan pasukan naik KA Serayu Malam, dan lima pasukan naik armada bus Murni Jaya.
Tujuan pertama adalah Kota Purwokerto, yang kami perkirakan akan sampai jam 8 Pagi, ternyata molor karena keterlamabatan kedua armada dan baru sampai Purwokerto Sekitar jam 9, kebayang lamanya perjalanan seperti apa, ada beberapa tips untuk menghilangkan kepenatan di perjalanan yang kami lakukan yaitu main kartu dan foto-foto.
Sepurmania dan Bismania |
Elf Pak Karto Kasbun yang kami sewa sebagai kendaraan selama trip dieng sudah stand bye sejak jam 7 pagi. setelah semua kumpul di ST Purwokerto, hal pertama adalah sarapan di warung nasi dekat Stasiun purwokerto, tipikal warung khas jawa, porsi wah, harga murah. Kenyang, selesai sarapan perjalanan menuju Dieng dimulai.
Dieng..
Karena keterlambatan jadwal, kami baru sampai di dieng sekitar jam setengah 2 siang, kondisi Dieng saat itu sangat ramai karena ada acara Dieng Culture Festival sehingga rencana ke candi Arjuno dibatalkan akibat ramainya pengunjung. Mie ongklok khas wonosobo menjadi "Bensin" kami sebelum mengacak-acak Dieng. Btw, ini adalah kesempatan kedua saya mengunjungi dieng catatan perjalanan pertama saya di dataran tinggi dieng dapat dilihat di sini
Telaga Warna..
Telaga Warna |
Tempat yang pertama kami acak-acak adalah telaga warna, Danau yang menjadi andalan pariwisata dieng ini memiliki warna yang berubah-ubah karena mengandung sulfur, telaga yang memiliki ketinggian 2000 MDPL (Copas Wiki) ini dikelilingi banyak bukit sehingga cocok sebagai sarana foto (Baca:Narsis), sampai jam 3 sore, jadilah telaga warna ini sebagai ajang curhat visual dalam bentuk gaya yang diakibatkan kepenatan kami menghadapi rutinitas kerja dan kuliah.
Pose Telaga Warna |
1. Sebagai traveler yang baik, masuklah dari pintu utama dan membayar retibusi.
2. Jangan terlalu lama di area kawah, karena asapnya beracun.
3. Banyak goa-goa yang letaknya tersembunyi, cari, dan temukan!
4. Jangan mengotori telaga warna yang sudah kotor karena pengunjung yang tidak bertanggung jawab.
Prau..
Gunung yang sedang naik daun ini menjadi tujuan utama kami, racun racun yang sudah ditebar berhasil membuat trip ini terlakana. Banyak yang belum pernah naik gunung, sehingga prau menjadi gunung pertamanya,
Was-was..
Sempat was-was dengan kondisi tersebut namun persiapan menjadi kunci segalanya, Logistik, P3K, dan perlengkapan pribadi yang kami bawa cukup lengkap sehingga memberikan ketenangan mental dan batin kami saat mendaki. Setelah mengurus Simaksi, packing ulang dan lain-lain tepat pukul 16.30 Kami mulai mendaki.
Was-was..
Sempat was-was dengan kondisi tersebut namun persiapan menjadi kunci segalanya, Logistik, P3K, dan perlengkapan pribadi yang kami bawa cukup lengkap sehingga memberikan ketenangan mental dan batin kami saat mendaki. Setelah mengurus Simaksi, packing ulang dan lain-lain tepat pukul 16.30 Kami mulai mendaki.
Awal Pendakian, Masih Semangat! |
Suci dan Alel, 2 bidadari kelas |
Senja di Lereng Gunung Prau |
Narsis di Jalur Pendakian |
Paru-paru kami yang penuh polusi membuat pendakian prau ini menjadi sangat melelahkan, setelah penuh perjuangan kami berhasil mencapai camping ground sekitar pukul 19.30, ada kejadian dimana dua orang pasukan Pak Karto kasbun yang membawa dua tenda terpisah dari rombongan, akhirnya kami hanya mendirikan tiga tenda yang normalnya diisi oleh 12 orang tapi entah bagaimana semua bisa masuk dan tertidur walau terjadi perang kentut di masing-masing tenda yang berlangsung ssepanjang malam. Terbiasa dengan udara panas kota Bekasi, kami kedinginan oleh gunung prau, beberapa teman langsung masuk tenda menghangatkan diri, beberapa manyiapkan masakan dan masak air, dan ketika makanan sudah matang, entah bagaimana caranya udang balado dan spagethi sebagai makan malam kami habis dalam sekejap.
Milky Way..
Banyak cara menghabiskan malam di gunung prau, kebanyakan mengisi waktunya dengan "nenda", mungkin kelelahan, banyak yang langsung tidur setelah makan malam, ada juga yang saling curhat di luar tenda sambil menikmati secangkir kopi yang tidak lama panas ditemani langkit yang penuh bintang, karena di kota mustahil dapat pemandangan yang seperti itu, lain pula iman, instingnya sebagai "Fotografer Handal" sibuk memainkan kameranya, bahkan diantara kami, Iman yang paling belakangan masuk tenda karena asyik dengan Nikonnya, dan hasilnya ga perlu diragukan lagi, Amazing!!, semua yang foto yang ada di tulisan ini adalah jepretan Iman.
Milky Way..
Banyak cara menghabiskan malam di gunung prau, kebanyakan mengisi waktunya dengan "nenda", mungkin kelelahan, banyak yang langsung tidur setelah makan malam, ada juga yang saling curhat di luar tenda sambil menikmati secangkir kopi yang tidak lama panas ditemani langkit yang penuh bintang, karena di kota mustahil dapat pemandangan yang seperti itu, lain pula iman, instingnya sebagai "Fotografer Handal" sibuk memainkan kameranya, bahkan diantara kami, Iman yang paling belakangan masuk tenda karena asyik dengan Nikonnya, dan hasilnya ga perlu diragukan lagi, Amazing!!, semua yang foto yang ada di tulisan ini adalah jepretan Iman.
Panorama Malam Gunung Prau Dieng |
Pukul 01.00, 31 Agustus 2015 semua mulai masuk ke alam bawah sadar masing-masing, terlelap didalam dinginnya udara dieng. Beruntung bagi kami di udara dingin gunung prau di bulan agustus tidak satupun dari kamu yang terkena Hipotermia.
Epic Sunrise
Pukul 05.00 satu kita bangun, masih kedinginan kita merayap keluar tenda untuk berburu golden sunrise yang udah jadi trandmark gunung prau, apalagi ini bulan agustus yang bisa dibilang periode emas kalau mau mendaki karena kondisinya yang "Pas".
Letak strategis gunung prau yang berada di tengah-tengah pegunungan indah jawa tengah, membuat pamandangan yang ada sangat puitis.
Golden Sunrise |
Tips untuk berburu foto sunrise,
1. Bangun pukul 04.30.
2. Bawalah tripod yang mendukung.
3. Cari spot yang baik, dan bebas halangan, karena semakin siang semakin banyak yang mau ambil foto.
4. Pakai baju hangat, karena udara sangat-sangat dingin, dan sunrise datangnya sekitar pukul 05.15
Setelah puas menikmati visualisasi sunrise prau, kami lanjut narsis ria, well, prau adalah gunung yang ramai, jadi jangan kaget kalau puncak dipenuhi puluhan bahkan ratusan tenda.
Sampai pos pendaftaran jam 12 siang, masing-masing ada yang makan, mandi, dan sholat. Tak lupa belanja oleh-oleh khas dieng untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. siang itu dieng tak ubahnya seperti kota, penuh sesak karena ada dieng culture fest yang mengakibatkan jalanan macet.
1. Bangun pukul 04.30.
2. Bawalah tripod yang mendukung.
3. Cari spot yang baik, dan bebas halangan, karena semakin siang semakin banyak yang mau ambil foto.
4. Pakai baju hangat, karena udara sangat-sangat dingin, dan sunrise datangnya sekitar pukul 05.15
Setelah puas menikmati visualisasi sunrise prau, kami lanjut narsis ria, well, prau adalah gunung yang ramai, jadi jangan kaget kalau puncak dipenuhi puluhan bahkan ratusan tenda.
Niat Bawa Banner Dari Bekasi |
Laskar Apalah Entah, Yang Penting Foto! |
Semangat Merah Putih Dari Taja |
Entahlah |
Indahnya Kebersamaan..
Setelah puas narsis di prau, sekitar jam 8 pagi kami mulai packing ulang dan persiapan turun, senang rasanya semua aktif bahu membahu saling membantu satu sama lain, ini membuktikan budaya gotong royong belum hilang di Indonesia meskipun ini diperoleh ketika melakukan kegiatan pendakian. Sampah yang kami hasilkan cukup banyak, trashbag terisi sampah dengan berat sektiar 10 kg, bergantian Arif, Adi, Salman, dan Kholid membawa sampah tersebut turun.
Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, dan semua sampah telah dipungut dan dimasukan trashbag, kami melakukan briefing dan berdoa bersama sebelum turun, bersyukur dan berdoa semoga kami terus dilimpahkan keselamatan oleh Allah SWT, tak lupa selesai briefing, kami melakukan foto sekeluarga.
Sekitar jam 9 pagi kami turun dengan jalur yang sama, yaitu menuju desa dieng, pemandangan yang tidak terlihat ketika malam terlihat begitu ajaib, ada bukit teletabis, bunga yang tidak tau namanya, dan pemandangan lain yang memanjakan sejauh mata memandang. Naik turun bukit teletabis, kami pun tiba di menara pemancar yang terdapat di gunung prau, pada malam hari, beberapa teman melihat sesuatu yang ganjil, yaitu sesosok kakek kakek yang tidak diketahui asal muasalnya, dan beberapa bunyi-bunyian aneh yang baru diceritakan ketika sampai bawah, tentunya cerita mistis itu menambah warna perjalanan kami.
Setelah puas narsis di prau, sekitar jam 8 pagi kami mulai packing ulang dan persiapan turun, senang rasanya semua aktif bahu membahu saling membantu satu sama lain, ini membuktikan budaya gotong royong belum hilang di Indonesia meskipun ini diperoleh ketika melakukan kegiatan pendakian. Sampah yang kami hasilkan cukup banyak, trashbag terisi sampah dengan berat sektiar 10 kg, bergantian Arif, Adi, Salman, dan Kholid membawa sampah tersebut turun.
Budaya Gotong Royong Belum Punah Kawan |
Briefing dan Berdoa Sebelum Turun |
Foto Keluarga |
Febri Narsis di Perjalanan Turun, dibelakangnya terlihat Kholid dan Arif dengan Dasi Pramukanya Membawa Turun Sampah |
Bukit Yang Kami Lewati Ketika Perjalanan Turun |
Break Bos !! |
Ketinggalan Kereta..
Puas "ngobok-ngobok" dieng, kami bersiap pulang, rencannya kami naik kereta dari ST semarang poncol menggunakan kereta Tawang Jaya keberangkatan 18.40. dengan waktu keberangkatan tersebut estimasi perjalanan kami adalah 4 jam. pukul 13.30 kami mulai perjalanan pulang dengan elf Pak Karto kasbun, namun penuhnya dieng saat itu membuat perjalanan kami terhambat, sehingga baru sampai semarang sekitar pukul 19.30, Weleh, ketinggalan kereta gan...
Setelah berunding, tim memutuskan naik bis untuk kembali ke bekasi, karena keadaan sudah larut, terpakasa naik bis dengan nama Mulia lestar, bis dengan pelayanan terburuk yang pernah saya gunakan, AC sempat mati selama 4 jam padahal sedang macet, kursi penuh kutu, tidak ada toilet, dan ajaib ada ayam yang terus berkokok, dan motor juga jadi penumpang di bis itu, dan untuk semua pelayanan "mewah" itu kami terpaksa merogoh kocek sejumlah 150 K, damn!!
Kondisi Bus Terkutuk, Bukan Cuma Manusia yang Jadi Penumpang |
Adi Bobo Ganteng |
Kami turun di pintu tol bekasi timur, yup pintu tol, bus itu tidak mau masuk ke bulak kapal dengan seribu alasan. Ayu, Suci, dan Alel melanjutkan perjalanan pulang menggunakan taksi, sementara sisanya berjalan menuju rumah Arif yang kebetulan tidak jauh. Sampai rumah Arif, nasi uduk dan teh hangat sudah menyambut untuk mengobati rasa lapar kami yang lelah menghadapi jalur pantura dengan bus yang tidak bertanggung jawab itu. Setelah puas di rumah arif, kami pun pulang ke rumah masing-masing membawa seribu cerita tentang perjalanan kali ini..
Tiket Kereta Yang Gagal Kami Gunakan |
No left man behind,
The End..
Thanks To
Allah SWT
Keluarga ID
Pak Karto Kasbun dan kru
Ibunya Arif