Dieng Plataeu, Abode Of The Gods

5:56 AM


Totalitas dalam berkerja, tentunya itu hal yang harus diberikan karyawan dalam menyelsaikan pekerjaannya, namun bagaimana ketika pikiran seorang pekerja yang nyambii jadi mahasiswa kalong (baca:kelas malam) di kampus yang sistem perkuliahannya “beneran” dengan tugas perkuliahan yang ga ada habisnya, kehabisan bensin, itu mungkin penggambaran yang cocok.

 Kembali bersama jelajah gunung, penyedia jasa travelling yang spesialis ketinggian yang digawangi fajar herlambang dan bang wiro, saya mengikuti trip explore dieng, yang mengambil spot di dataran tinggi dieng, yang akan saya ceritakan dibawah.

  Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara danKabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. (sumber:mbah wiki), spot yang diambil di trip explore dieng sendiri yaitu kompleks candi arjuno, telaga warna, dan paling saya tunggu, gunung prau !!

TS Nampang di KA Serayu yang ganti lokomotif di stasiun kroya
       Perjalanan dari Jakarta ditempuh dengan menggunakan jasa kreta serayu, berangkat dari stasiun senen pukul 20.45, entah kenapa pengalaman saya naik kreta, serayu ini kok bisa dibilang, kereta lambat, hamper setiap satu jam sekali kreta ini berhenti, entah kenapa, jalur yang dilewati yaitu jalur selatan, yang katanya punya view yang wah, tapi ya saya tidak melihat apa apa selain kegelapan malam, skip.. disambut ringtone stasiun dengan nada ditepi sungai serayu yang sudah menjadi salah satu khas stasiun jawa, kami sampai stasiun besar purwokerto jam 09.20, 12 jam lebih, kok lama? iya,

               Perjalanan dilanjutkan dengan elf yang di nahkodai oleh pak Karto kasbun, driver kece yang jadi man the match trip kali ini, dan dikeneki oleh mas bolang dari jandapala, saya kurang begitu mengerti pola pikir pak karto kasbun, sepanjang perjalanan kalau papasan dengan ibu ibu dipinggir jalan pak karto dengan santainya bilang “Bu ee, mak ee” kepada ibu tersebut, sontak saja sang ibu kebingungan dibuatnya, begitu juga kalu papasan dengan bapak bapak, “pak ee, ma see”, sangking bingungnya saya melihat seorang bapak yang kebetulan mengendarai motor sampai meminggirkan motornya karena bingung bukan main dipanggil begitu olah pak karto kasbun.
Elf Sartika, Mas Bolang Jandapala, dan Pak Karto Kasbun
       Setelah mampir sarapan ayam sekaligus makan siang ayam goreng di daerah purwokerto, perjalanan  menuju dieng ditempuh 4 jam perjalanan naik elf, kira kira jam 2 siang sudah sampai di kopleks candi arjuna, sejuknya udara dieng yang sangat membuat relax jiwa dan raga, menyambut kedatangan kami yang sudah gerah panasnya hawa perkotaan. 
TS Menginjakan Kaki di Dataran Tinggi Dieng

Kompleks candi arjuna sendiri didalamnya terdapat beberapa candi yaitu Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, Candi Setyaki, Gangsiran Aswatama, dan Candi Dwarawati. Beberapa candi sudah tidak berbentuk dan hanya tampak seperti kumpulan batu karena dimakan usia. Sempatkan mampir beli kentang goreng yang dijual di parkiran, rasanya kentangnya itu lho, menari-nari dimulut. 
View Kompleks Candi Arjuna
Ada juga para teletubies KW sekian yang bisa diminta foto bareng dengan menyetorkan uang sekian rupiah, dan ada juga para wayang yang bersedia foto bareng juga di candi, ini wajib.

Foto Bersama Para Teletubies

Tujuan selanjutnya adalah telaga warna, tapi sebelum ke telaga warna, kami makan mie khas wonosobo, namanya mie ongklok, mie dengan taburan dedauanan yang kuahnya berlendir, dilengkapi beberpa tusuk sate ayam, mie ongklok ini jadi salah satu kuliner yang punya rasa khas tiada tara, 

Mie Ongklok Khas Wonosobo
Masuk kedalam objek wisata telaga warna, ada sebuah telaga yang berarna hijau kebiru biruan, dan sebuah telaga yang berwarna coklat, di sekitarnya terdapat beberapa goa yang punya aroma mistis sangat kental dan masih ada kembang 7 rupa dan bau menyen disekitar goa tersebut, sungguh eksotik. 
View Telaga Warna
Menjelang malam, kami packing ulang keril yang kami bawa persiapan pendakian ke gunung prau, semula jalur pendakian kami melalui petak banteng, tapi mendapat saran kalau jalur dieng labih landai, maka kami lewat jalur dieng karena alas an keselamatan kami mendaki malam, jam 8 malam kami mulai mendaki, dingin, satu kata yang akan sering kami ucapkan di gunung prau itu. Jalur tracking tidak begitu ekstrim memang, tapi dinginnya itu, plus angin yang bertiup kencang mebuat dingin tersebut menusuk nusuk tulang kami yang notabene rakyat kota yang terbiasa diterpa hawa panas penuh polutan hasil pembakaran gas buang, suara hembusan angin malam saat itu begitu kencangnya, suaranya kira kira sama kalau sahabat naik motor kecepatan 80km/jam tanpa pakai helm.
Kegiatan Malam Para Pendaki di Camping Ground

Sampai tempat camping jam 11 malam, dan lagi lagi, dinginnya itu yang tidak bisa dibohongi, buru-buru kami mendirikan tenda, sekaligus memasak air, untuk membuat kopi sekedar mencari kehangatan yang kemudian kopi ternikmat tahun 2014. Setelah menghangatkan diri sebentar, saya menemani iman, sobat kental sekaligus  fotografer handal mengabadikan momen malam yang disuguhkan di gunung prau, 

View Pemandangan Gunung Prau Pada Malam Hari

Beratapkan bintang dan bulan yang tampak begitu jelas, sehingga milky way sang galaksi bima sakti sangat terlihat, sementara pada sisi lain. Kumpulan pegunungan yang mengelilingin dieng tampak jelas terlihat bermandikan cahaya bulan. sesekali cahaya senter para pendaki di gunung sindoro, dan sumbing yang terlihat seakan memberikan salam hangat para pendaki prau yang kedinginan diterkam suhu dingin dieng, sungguh pemandangan dan malam yang sangat indah.

View Malam Dari Gunung Prau
Puas memandangi keindahan malam gunung prau, dan karena badan sudah kedinginan, kami masuk kedalam tenda masing masing untuk beristirahat. Setiap 2 jam sekali alarm 3 manusia dalam satu tenda yaitu saya, Arif, dan alif, begantian berbunyi, kami pun sibuk saling mengingatkan untuk mematikan alarm. Kebetulan posisi tenda kami sengaja berhadapan langsung menghadap barisan pegunungan di jawa tengah.  Jam 5 pagi kami bangun, jantung berdebar ga sabar rasanya pengen liat pemandangan prau yang termahsyur akan sunrise indahnya, dan orang beruntung yang mendapat kehormatan membuka tenda yaitu arif, pelan pelan tenda terbuka dan subhanallah.. 

View Pagi Hari di Gunung Prau
Mentari Pagi Perlahan Menampakan Sinarnya
      Para pegunungan di jawa tengah seakan mengelilingi kami seraya mengucapkan salam, haru biru suasana saat itu, berasa hina, berasa kecil sekali saya rasanya berdiri diam di kaki langit, menikmati sinar mentari yang perlahan menghangatkan pagi yang dingin.
Sunrise Gunung Prau
benar benar dibuat takjub atas apa ciptaanmu sang khaliq,
ini kah yang dinamakan zamrud khatulistiwa?
Para Penikmat Alam Di Gunung Prau
Bukit Teletubies Berselimut Awan
     Terlepas dari itu semua, ada hal mengganggu yang perlu menjadi PR menjadi kita semua, sampah para pendaki entah botol, aneka bungkus beraneka ragam yang tidak dibawa turun kembali sangat merusak gunung prau, apakah pantas hal yang seperti itu membuat kita dikatakan para pencinta alam?
     Hal yang menjadi duka kami yaitu pada hari itu Aditiya (24) seorang mahasiswa STIKES yang sedang mengikuti kegiatan bersih-bersih gunung meninggal dalam pendakian gunung prau karena mengalami sesak nafas, R.I.P for the fallen...

Setelah dirasa cukup, kami pun turun dari gunung prau dan bersiap kembali ke jakarta, menggunakan KA Progo, sungguh dieng adalah tempat yang sangat indah, jaga semoga tetap indah..

Terimakasih Indonesia..

Gallerie






Fullteam, banner K.P.K. dan Jelajah Gunung, Dari kiri: Mas Bolang, Temennya Mas Bolang, Yuri, Pak Karto Kasbun, Magdalena, Devi, Fajar Herlambang, Mia, Tante Lina, Mas Wiro, Baja, Alif, Galih, Arif, Iman
Thanks To: Jelajah Gunung, Janda Pala, Fajar herlambang, Mas Wiro, Mas Bolang dan temannya, Pak Karto Kasbun, mbak Magdalena, Devi, Mbak mia, tante Lina, kang Alif, Iman, Baja, Arif, Yuri

Special Thanks To: Allah SWT, Mamah Papah yang udah ngijinin ikut trip ini

You Might Also Like

1 comments