Totalitas
dalam berkerja, tentunya itu hal yang harus diberikan karyawan dalam
menyelsaikan pekerjaannya, namun bagaimana ketika pikiran seorang pekerja yang
nyambii jadi mahasiswa kalong (baca:kelas malam) di kampus yang sistem
perkuliahannya “beneran” dengan tugas perkuliahan yang ga ada habisnya,
kehabisan bensin, itu mungkin penggambaran yang cocok.
Kembali
bersama jelajah gunung, penyedia jasa travelling yang spesialis ketinggian yang
digawangi fajar herlambang dan bang wiro, saya mengikuti trip explore dieng,
yang mengambil spot di dataran tinggi dieng, yang akan saya ceritakan dibawah.
Dieng adalah kawasan dataran
tinggi di Jawa
Tengah, yang masuk
wilayah Kabupaten Banjarnegara danKabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung
Sindoro dan Gunung Sumbing. (sumber:mbah wiki), spot yang diambil
di trip explore dieng sendiri yaitu kompleks candi arjuno, telaga warna, dan
paling saya tunggu, gunung prau !!
TS Nampang di KA Serayu yang ganti lokomotif di stasiun kroya |
Perjalanan dari Jakarta ditempuh dengan menggunakan jasa kreta serayu,
berangkat dari stasiun senen pukul 20.45, entah kenapa pengalaman saya naik
kreta, serayu ini kok bisa dibilang, kereta lambat, hamper setiap satu jam
sekali kreta ini berhenti, entah kenapa, jalur yang dilewati yaitu jalur selatan,
yang katanya punya view yang wah, tapi ya saya tidak melihat apa apa selain
kegelapan malam, skip.. disambut ringtone stasiun dengan nada ditepi sungai
serayu yang sudah menjadi salah satu khas stasiun jawa, kami sampai stasiun besar purwokerto jam
09.20, 12 jam lebih, kok lama? iya,
Perjalanan dilanjutkan dengan elf yang di
nahkodai oleh pak Karto kasbun, driver kece yang jadi man the match trip kali
ini, dan dikeneki oleh mas bolang dari jandapala, saya kurang begitu mengerti
pola pikir pak karto kasbun, sepanjang perjalanan kalau papasan dengan ibu ibu
dipinggir jalan pak karto dengan santainya bilang “Bu ee, mak ee” kepada ibu
tersebut, sontak saja sang ibu kebingungan dibuatnya, begitu juga kalu papasan
dengan bapak bapak, “pak ee, ma see”, sangking bingungnya saya melihat seorang bapak
yang kebetulan mengendarai motor sampai meminggirkan motornya karena bingung
bukan main dipanggil begitu olah pak karto kasbun.
Elf Sartika, Mas Bolang Jandapala, dan Pak Karto Kasbun |
Setelah mampir sarapan ayam sekaligus makan
siang ayam goreng di daerah purwokerto, perjalanan menuju dieng ditempuh 4 jam perjalanan naik
elf, kira kira jam 2 siang sudah sampai di kopleks candi arjuna, sejuknya udara
dieng yang sangat membuat relax jiwa dan raga, menyambut kedatangan kami yang
sudah gerah panasnya hawa perkotaan.
TS Menginjakan Kaki di Dataran Tinggi Dieng |
Kompleks candi arjuna sendiri didalamnya
terdapat beberapa candi yaitu Candi
Gatotkaca, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, Candi Setyaki, Gangsiran Aswatama, dan Candi Dwarawati. Beberapa candi sudah tidak berbentuk dan hanya
tampak seperti kumpulan batu karena dimakan usia. Sempatkan mampir beli
kentang goreng yang dijual di parkiran, rasanya kentangnya itu lho, menari-nari
dimulut.
View Telaga Warna
Menjelang malam, kami packing ulang keril yang kami bawa
persiapan pendakian ke gunung prau, semula jalur pendakian kami melalui petak
banteng, tapi mendapat saran kalau jalur dieng labih landai, maka kami lewat
jalur dieng karena alas an keselamatan kami mendaki malam, jam 8 malam kami
mulai mendaki, dingin, satu kata yang akan sering kami ucapkan di gunung prau
itu. Jalur tracking tidak begitu ekstrim memang, tapi dinginnya itu, plus angin
yang bertiup kencang mebuat dingin tersebut menusuk nusuk tulang kami yang
notabene rakyat kota yang terbiasa diterpa hawa panas penuh polutan hasil
pembakaran gas buang, suara hembusan angin malam saat itu begitu kencangnya,
suaranya kira kira sama kalau sahabat naik motor kecepatan 80km/jam tanpa pakai
helm.
|